IBX5A6A185CE6F84

Friday 12 June 2015

Aku Malu Dipanggil Aktivis

Aku malu saat kau memanggilku dengan sebutan
“Aktivis”Karena bisa jadi amal baik mu lebih banyak
daripada amalkuAku malu saat kau memanggilku
dengan sebutan ituKarena bisa jadi keikhlasanmu
lebih mendalam daripada diriku.
Aku malu sangat malu saat kau memanggilku
dengan sebutan Aktivis yang hebatKarena bisa jadi
kedudukan engkau lebih mulia di hadapan
AllahSiapa yang tahu tentang hati ini?Bukankah
yang mengetahui hanyalah diri sendiri dan Allah
semata?
Aku sungguh sangat malu kawan, engkau
memanggilku dengan sebutan “aktivis” ketika
bacaan Qur’an ku masih terbata-bata dan belum
baik. Apalagi dengan hafalan Qur’an ku? Tahsin saja
aku masih menunda-nunda. Apalagi untuk tingkat
Tahfizh?
Aku merasa tidak pantas kawan, ketika engkau
menyebutku dengan sebutan “aktivis” yang sering
pulang larut malam karena banyak agenda dakwah
disana-sini. Hingga tak jarang aku membiarkan
Mushaf itu hanya bergeletakan di atas meja kerjaku.
Atau bahkan hanya ku simpan di dalam tas ku
tanpa sesekali ku membacanya.
Aku tak kuasa menahan air mata ini kawan, engkau
memanggilku dengan sebutan “aktivis” ketika lalai
ku membuat kalian merasa terzolimi. Lalai ketika
tidak bisa menjalankan amanah di tempat tinggal
bersama mu, atau lalai ketika tidak memerhatikan
hubungan ukhuwah antara kita. Ya, karena aku
terlalu sibuk dengan agenda-agenda dakwah ku di
luar sana.
Aku merasa diri ini tak pantas, engkau memanggilku
dengan sebutan “aktivis” ketika kehidupanku mulai
tak seimbang antara kegiatan organisasi dan
akademik. Padahal engkau selalu memerhatikanku.
Tapi sepertinya aku bersikap acuh tak acuh hingga
penyesalan itu kian datang. Dan berujung dengan
keputusasaan.
Aku merasa malu sekali kawan, engkau
memanggilku dengan sebutan “aktivis” yang pandai
menjaga hati. Padahal bisa jadi ketika aku bertemu
dengan kawan perjuangan lawan jenis disana, hatiku
terpaut tak menentu dan mengotori jalan ke-
ikhlasan cintaku kepada-Nya. Bisa jadi engkau lebih
pandai menjaga hatimu dari pada aku yang berbalut
dalam organisasi dakwah ini. Bisa jadi ini hanya
topeng semata untuk menutupi busuk nya hatiku di
hadapan mereka yang tak tahu.
Aku sungguh sangat sedih kawan, engkau
memanggilku dengan sebutan “aktivis hebat”,
padahal bisa jadi engkau lebih hebat mengatur
waktu dan amalan yaumiyahmu dibanding dengan
diriku
Sudah cukup kawan, jangan panggil aku dengan
sebutan “itu” lagi, jika aku hanya berlindung diri
dalam kegiatan dakwah tanpa membenahi diri
menjadi lebih baik.
Sungguh…
Ini bukanlah dakwah,Ketika amal yaumiyah mu
terlalu berserakan di jalan. Hancur berkeping-
keping.
Ini bukan dakwah,Ketika Bacaan Qur’an mu
tak sampai satu juz perharinya dan engkau
menggantinya dengan hanya berkumpul-
kumpul saja tanpa arti. Atau kegiatan lainya
yang sia-sia.
Ini bukan dakwah,Ketika engkau tak mau
memperbaiki bacaan Qur’an mu dan
menambah Hafalan Qur’an mu dengan alasan
berjuta-juta kesibukanmu.
Ini bukan dakwah,Ketika amanah di dalam
tempat tinggalmu terus kau lalaikan dengan
alasan sering pulang larut malam karena rapat
disana-sini. Apa artinya bersinar di luar namun
redup di dalam?
Ini bukan dakwah,Ketika engkau tak peduli
dengan kondisi kesehatan dan akademikmu
sendiri. Padahal saudara-saudaramu sudah
sering mengingatkanmu. Hingga kau menyesal
nanti. Dan terkadang menyusahkan saudara-
saudaramu.
Ini bukan dakwah,Ketika hijab hatimu sudah
sangat terkoyak, bahkan tak jarang kau sering
mengotori hatimu melalui cara berkomunikasi
yang tak wajar dengan kawan lawan jenismu.
Atau bisa jadi membuat-buat alasan untuk
koordinasi kegiatan dakwah.
Ini bukan dakwah,Ketika lingkungan sekitarmu
tak kau pedulikan, bahkan senyumanmu
terhadap saudaramu engkau lupakan
“Yaa Muqollibal Qulub, Tsabbit Qolbi ‘Ala
Diinik”“Wahai Zat yang membolak-baikan Hati,
teguhkan hatiku di atas agama-Mu”
sumber : akun line fsldk indonesia

0 comments:

Post a Comment